Jumat, 28 Januari 2011

Aksi gaya eksternal pada struktur

Aksi gaya eksternal pada struktur menyebabkan timbulnya gaya internal didalam struktur. Gaya internal yang paling umum adalah berupa gaya tarik, tekan, lentur, geser, torsi dan tumpu. Pada gaya internal selalu berkaitan dengan timbulnya tegangan dan regangan. Tegangan adalah ukuran intensitas gaya per satuan luas (N/mm2 atau MPa). Sedangkan regangan adalah ukuran deformasi (mm/mm).
      Gaya tarik 
adalah gaya yang mempunyai kecenderungan untuk menarik elemen hingga putus. Kekuatan elemen tarik tergantung pada luas penampang elemen atau material yang digunakan. Elemen yang mengalami tarik dapat mempunyai kekuatan yang tinggi, misalnya kabel yang digunakan untuk struktur bentang panjang.
      Gaya tekan 
kecenderungan untuk menyebabkan hancur atau tekuk pada elemen. Elemen pendek cenderung hancur, dan mempunyai kekuatan yang relatif setara dengan kekuatan elemen tersebut apabila mengalami fatik. Sebaliknya kapasitas pikul beban elemen tekan panjang akan semakin kecil untuk elemen yang semakin panjang. Elemen tekan panjang dapat menjadi tidak stabil dan secara tiba-tiba menekuk pada taraf beban kritis. Ketidakstabilan yang menyebabkan elemen tidak dapat menahan beban tambahan sedikitpun bisa terjadi tanpa kelebihan pada material. Fenomena ini disebut tekuk (buckling). Karena adanya fenomena tekuk ini, maka elemen tekan yang panjang tidak dapat memikul beban yang sangat besar.
      Lentur
adalah keadaan gaya kompleks yang berkaitan dengan melenturnya elemen (biasanya balok) sebagai akibat adanya beban tranversal. Aksi lentur menyebabkan serat-serat pada sisi elemen memanjang, mengalami tarik dan pada sisi lainnya akan mengalami tekan. Jadi keadaan tarik maupun tekan terjadi pada penampang yang sama. Tegangan tarik dan tekan bekerja dalam arah tegak lurus permukaan penampang. Kekuatan elemen yang mengalami lentur tergantung distribusi material pada penampang dan juga jenis material.
      Geser
adalah keadaan gaya yang berkaitan dengan aksi gaya-gaya berlawanan arah yang menyebabkan satu bagian struktur tergelincir terhadap bagian didekatnya. Tegangan akan timbul (disebut tegangan geser) dalam arah tangensial permukaan yang tergelincir. Tegangan geser umumnya terjadi pada balok.
     Torsi/Puntir
tegangan tarik maupun tekan akan terjadi pada elemen yang mengalami puntir
     Tegangan tumpu
terjadi antara bidang muka kedua elemen apabila gaya-gaya disalurkan dari satu elemen ke elemen yang lain. Tegangan-tegangan yang terjadi mempunyai arah tegak lurus elemen.

Sistem Beton Prategang

 
Ada beberapa macam sistem beton prategang ditinjau dari beberapa segi, yaitu :
1. Ditinjau dari keadaan distribusi tegangan pada beton
   a.  Full prestressing
            Suatu sistem yang dibuat sedemikian rupa, sehingga tegangan yang terjadi adalah tekan pada seluruh    tampang.  Secara teoritis sistem ini tidak memerlukan penulangan pasif.
  b. Partial prestressing
            Dalam memikul beban, kabel baja prategang bekerjasama dengan tulangan masif dengan tujuan agar struktur berperilaku lebih daktail.

2. Ditinjau dari penarikannya
    a. Pratarik
            Pada metode penegangan pratarik, kabel/tendon prategang diberi gaya dan ditarik lebih dahulu sebelum dilakukan pengecoran beton dalam perangkat cetakan yang telah disiapkan. Setelah beton cukup keras, penjangkaran dilepas dan terjadi pelimpahan gaya tarik baja menjadi tegangan tekan pada beton.
     b. Pascatarik
            Pada metode ini beton lebih dahulu dicetak dengan disiapkan lubang (duct) atau alur untuk penempatan beton. Apabila beton sudah mengeras dan cukup kuat, kemudian tendon ditarik, ujung-ujungnya diangkurkan. Selanjutnya lubang digrouting.

3. Ditinjau dari posisi penempatan kabel
    a. Internal prestressing
         Kabel prategang diletakkan didalam tampang beton.
     b. External prestressing
         Kabel prategang diletakkan diluar tampang beton.

4. Ditinjau dari hubungan lekatan kabel dengan beton
     a. Bonded tendon
            Setelah penarikan kabel, dilakukan grouting atau injeksi pasta semen kedalam lubang kabel. Setelah bahan grouting mengeras terjadilah lekatan antara tendon dan beton disekelilingnya.
     b. Unbonded tendon
            Kabel prategang hanya dibungkus agar tidak terjadi lekatan dengan beton.

5. Ditinjau dari bentuk geometri lintasan
     a. Lengkung, biasanya digunakan pada sistem pascatarik
     b. Lurus, banyak dijumpai pada sistem pratarik
     c. Patah, dijumpai pada sistem balok pracetak.

Cara menggunakan pemadam api jenis portable

P...Pull the Pin/cabut pin, test isi tabung keatas.
A...Aim at the base of the flames/Lihat arah angin dan arahkan nozle ke sumber nyala api
S...Squeeze the trigger/tekan handle.
S... Sweep the extinguisher from sided to side/Padamkan api dengan cara menyapu dari kedua sisi.
 

Manajemen Kontrak

Manajemen Kontrak adalah kegiatan untuk mengelola suatu kontrak agar kontrak tersebut dapat digunakan sebagai pedoman dan sebagai alat pengendalian pelaksanaan pekerjaan
Menurut Iman Soeharto.
             Dokumen kontrak berisi kesepakatan yang dicapai dari hasil perundingan dan negosiasi  transaksi komersial, kontrak dan pengaturan kerjasama antara peserta dalam proses   pembangunan proyek.
Menjadi landasan pokok yang memuat peraturan tentang hubungan kerja, hak,   kewajiban, dan tanggung jawab masing-masing pihak, serta penjelasan perihal lingkup   kerja dan syarat-syarat lain yang berkaitan implementasi proyek. 
Manajemen kontrak berfungsi membantu manajemen investasi, agar proyek dapat terlaksana dgn baik sesuai kriteria "waktu, mutu dan biaya", tanpa ketegangan karena adanya sengketa 
Pelaksanaan fungsi Manajemen Kontrak terdiri :
Penyusunan Kontrak
Penggunaan Kontrak sebagai Pedoman Pelaksanaan
Penggunaan Kontrak sebagai Alat Pengendali
Pelaksanaan Administrasi Kontrak  
 
Menurut Kepres 80/2003   Kontrak pengadaan barang/jasa dibedakan atas berdasarkan bentuk imbalan:
Lump sum
Harga satuan
Gabungan lump sum dan harga satuan
Terima jadi (turn key)
Persentase